Makanan Pokok Indonesia | Makanan Pokok di Indonesia

Makanan Pokok Indonesia | Makanan Pokok di Indonesia

Sudah saatnya kita melakukan diversifikasi bahan pangan pokok selain nasi. Di sekitar kita, banyak sumber pangan pokok lain yang tak kalah bergizi dibandingkan nasi yang tersedia, namun belum dimanfaatkan. Mari kita mulai mengubah persepsi bahwa makan besar itu tidak harus nasi.

Sebetulnya salah pemerintah juga, di masa lalu membiarkan beras/nasi putih dipopulerkan sebagai makanan pokok yang terbaik. Pemerintah sendiri melakukan intensifikasi pertanian padi supaya bisa swasembada beras. Akibatnya masyarakat mulai meninggalkan bahan makanan pokok yang semula mereka konsumsi seperti jagung, sagu, singkong, dan lain-lain.

Sekarang orang Indonesia sudah tergantung pada nasi dan menganggap kalau belum makan nasi berarti belum makan. Sumber karbohidrat lain seperti roti, ubi, mi, bihun, kentang, jagung, umbi, talas, singkong, termasuk makaroni, spageti, dan aneka pasta - makanan bule - yang kini semakin populer itu masih dianggap sekadar bahan pangan selingan atau pengganjal lapar sebelum makan nasi.

Harus diakui kini semakin banyak warga masyarakat kita yang terbiasa mengonsumsi roti tawar untuk makanan utama saat sarapan. Meski demikian, menurut Prof. DR. Made Astawan, MS, masih banyak sumber karbohidrat yang layak untuk dipertimbangkan sebagai pengganti nasi.

Boleh jadi yang pertama-tama perlu diperbaiki adalah persepsi masyarakat bahwa makanan yang membuat kenyang dan cocok di lidah itu bukan hanya nasi putih. Harapannya, orang tua dapat mensosialisasikan keanegaragaman bahan pangan pokok tersebut kepada anak-anak, mengingat pembentukan selera dan kebiasaan makan dimulai sejak balita.

salah satu pengganti makanan pokok tersebut adalah jagung. Walaupun di masa lalu sebagian masyarakat kita menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok, kini lebih banyak digolongkan sebagai sayur, atau diperlakukan sebagai camilan dan diolah menjadi lauk.

Sudah semakin jarang warga masyarakat kita yang menjadikan jagung sebagai pangan pokok. Sementara pada masyarakat Barat, jagung merupakan alternatif bahan pangan pokok. Barangkali inilah tantangan kita, menjadikan jagung kembali sebagai alternatif bahan pangan utama.

Bila dilihat lebih seksama, nilai gizi jagung tidak kalah dari nasi. Dikatakan Prof. Made, dalam 100 gram beras terkandung energi sebesar 360 kalori, atau setara dengan energi pada jagung. Kandungan karbohidrat jagung sebagian besar juga terdiri atas pati, sehingga dapat mengenyangkan.

Ada salah satu keunggulan jagung sebagai pengganti nasi dibandingkan dengan komoditas lain, yaitu rasanya yang manis, sehingga dapat meningkatkan selera makan. Rasa manis pada jagung disebabkan kandungan gula, yaitu berkisar 1-3 persen, terdiri atas 57 persen sukrosa yang terdapat di bagian lembaga (biji).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar